Allah menciptakan segala sesuatu yang Dia kehendaki,
kemudian mengutamakan sebagian ciptaan-Nya yang Ia kehendaki di atas sebagian
yang lain, sebagaimana firman-Nya:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ
لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan
memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha
Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia) (QS Al Qashash: 6)
Diantara permukaan bumi yang Allah anugerahkan
keutamaan baginya adalah Kota Makkah Al Mukarramah. Suatu Kota yang damai,
aman, dan tenteram, tempat dimana diturunkannya wahyu, permukaan bumi dimana
terpancarnya awal cahaya Islam.
Suatu kota yang Allah bersumpah dengannya, dan Rabb
semesta Alam tidak bersumpah kecuali dengan sesuatu yang agung dari ciptaanNya.
لَا أُقْسِمُ بِهَذَا الْبَلَدِ وَأَنْتَ حِلٌّ
بِهَذَا الْبَلَدِ
Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah).
Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini (QS Al Balad: 1-2)
Allah juga berfirman :
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ وَطُورِ سِينِينَ وَهَذَا
الْبَلَدِ الْأَمِينِ
“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit
Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman” (QS At-Tiin 1-3)
Diantara keutamaan Kota Suci Makkah adalah:
Pertama : Allah
menjadikan Kota Makkah negeri haram yang aman, di Mekah dilarang menumpahkan
darah, memotong pepohonan dan tumbuhan, memburu hewan buruan, dan mengambil
barang temuan kecuali untuk diumumkan
Rasulullah shallallahu álaihi wasallam bersabada:
إِنَّ مَكَّةَ حَرَّمَهَا اللَّهُ وَلَمْ يُحَرِّمْهَا
النَّاسُ، فَلاَ يَحِلُّ لاِمْرِئٍ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ
يَسْفِكَ بِهَا دَمًا، وَلاَ يَعْضِدَ بِهَا شَجَرَةً، فَإِنْ أَحَدٌ تَرَخَّصَ
بِقِتَالِ رَسُولِ اللهِ rفِيهَا، فَقُولُوا لَهُ: إِنَّ اللَّهَ أَذِنَ
لِرَسُولِهِ، وَلَمْ يَأْذَنْ لَكُمْ، وَإِنَّمَا أَذِنَ لِي فِيهَا سَاعَةً مِنْ
نَهَارٍ، وَقَدْ عَادَتْ حُرْمَتُهَا الْيَوْمَ كَحُرْمَتِهَا بِالأَمْسِ،
وَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ.
“Sesungguhnya Kota Makkah Allahlah yang
menjadikannya haram (tanha suci) dan bukan manusia. Maka tidak halal bagi
seseorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menumpahkan darah di Mekah
dan memotong pohon-pohonnya. Jika seseorang berargumentasi (untuk menumpahkan
darah di Mekah) dengan sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang
berperang di Mekah (tatkala Fathu Makkah), maka katakanlah, “Sesungguhnya Allah
telah mengizinkan untuk Rasul-Nya, tapi tidak mengizinkannya untuk kalian”.
Sesungguhnya telah diizinkan kepadaku di suatu waktu dari siang hari, dan
keharamnya telah kembali pada hari ini sebagaimana haramnya kemarin, maka
hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. (HR Al-Bukhari no
104 dan Muslim no 1354)
Nabi juga bersabda :
لَا يُعْضَدُ شَوْكُهُ وَلَا يُنَفَّرُ صَيْدُهُ وَلَا
يَلْتَقِطُ لُقَطَتَهُ إِلَّا مَنْ عَرَّفَهَا وَلَا يُخْتَلَى خَلَاهُ
“Tidak boleh dipatahkan durinya, tidak boleh dikejar
hewan buruannya, dan tidak boleh diambil barang temuannya, kecuali bagi orang
yang ingin mengumumkannya, dan tidak dicabut rerumputannya” (HR Al-Bukhari no
1587 dan Muslim no 1353)
Kedua : Kota Makkah
adalah induk kota-kota yang lain di dunia
Allah berfirman
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا
لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam
bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada (penduduk) ummul Qura (induk
negeri-negeri) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya”(QS Asy-Syuroo : 7)
Maka kota-kota lain di dunia merupakan cabang dari
Kota Makkah. Al-Qurthubi rahimahullah berkata :
قِيلَ لِمَكَّةَ أُمُّ الْقُرَى لِأَنَّ الْأَرْضَ
دُحِيَتْ مِنْ تَحْتِهَا
“Mekah dikatakan Ummul Quro (induknya negeri-negeri)
karena bumi dibentangkan dari bawah kota Mekah” (Tafsir al-Qurthubi 6/16)([1])
Ketiga : Kota Makkah
adalah kiblat kaum muslimin dari segala penjuru dunia
Allah U berfirman:
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ
شَطْرَهُ
Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka
palingkanlah wajahmu ke arahnya (QS : Al Baqarah: 150)
Keempat : Allah
menjamin keamanan bagi setiap yang memasuki Kota Makkah
Allah
berfirman:
وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِناً
Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia (QS Ali Imran: 97)
Kelima : Tidak boleh
buang air besar atau kecil menghadap atau membelakangi kiblat
Rasulullah r bersabda :
إِذَا أَتَيْتُمُ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا
الْقِبْلَةَ، وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا بِبَوْلٍ وَلَا غَائِطٍ
“Jika kalian buang air besar maka janganlah kalian
menghadap kiblat dan janganlah membelakanginya ketika buang air kecil maupun
buang air besar.” (HR. Bukhori no 394 dan Muslim no 246).
Keenam : Allah
memilih Kota Makkah sebagai tempat menunaikan ibadah Haji dan menjadikan
perjalanan menuju Kota Makkah sebagai pengangkat derajat dan penggugur dosa
Rasulullah r bersabda:
مَنْ أَتَى هَذَا الْبَيْتَ، فَلَمْ يَرْفُثْ، وَلَمْ
يَفْسُقْ، رَجَعَ كَمَا وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapapun yang mendatangi Baitullah ini, kemudian
tidak berbuat rafats dan tidak berbuat kefasikan, maka dia kembali dalam
keadaan seperti ketika dilahirkan ibunya” (HR Al-Bukhari no 1819 dan
Muslim no 1350).
Ketujuh : Kota Makkah
adalah Kota terbaik dan yang paling dicintai Rasulullah shallallahu áliahi
wasallam. Beliau bersabda:
وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ، وَأَحَبُّ
أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ، وَلَوْلَا أَنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ
“Demi Allah, sungguh engkau (Mekkah) adalah
sebaik-baik bumi Allah, dan yang paling dicintai oleh Allah, seandainya aku
tidak terusir darimu, aku takkan keluar meninggalkanmu” (HR. Tirmidzi no 3925)
Kedelapan :
Allah jadikan Kota Makkah titik tolak perjalanan Isra dan Mi’raj. Allah
berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah
Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui” (QS. Al Isra’ : 1).
Kesembilan :
Allah jadikan kecondongan hati manusia kepada Baitullah yang berada di dalam
Kota Makkah
Allah berfirman:
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ
وَأَمْنًا
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu
(Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. ” (QS. Al
Baqarah: 125).
Diantara doa Nabi Ibrahim
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ
غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ
فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka”
(QS Ibrahim : 37)
At-Thobari berkata :
يُخْبِرُ بِذَلِكَ تَعَالَى ذِكْرُهُ عَنْ خَلِيلِهِ
إِبْرَاهِيمَ أَنَّهُ سَأَلَهُ فِي دُعَائِهِ أَنْ يَجْعَلَ قُلُوبَ بَعْضِ
خَلْقِهِ تَنْزِعُ إِلَى مَسَاكِنَ ذُرِّيَّتِهِ الَّذِينَ أَسْكَنَهُمْ بِوَادٍ
غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِهِ الْمُحَرَّمِ، وَذَلِكَ مِنْهُ دُعَاءٌ لَهُمْ
بِأَنْ يَرْزُقُهُمْ حَجَّ بَيْتِهِ الْحَرَامِ
“Allah mengabarkan tentang kekasihNya -Ibrahim
álaihis salam- bahwasanya ia berdoa kepada Allah untuk menjadikan hati sebagian
manusia untuk rindu ke tempat tinggal keturunannya ia yang menempatkan mereka
di sebuah lembah yang tidak ada tumbuhan di sisi ka’bah. Dan ini merupakan doa
untuk mereka (para hamba) agar Allah menganugrahkan mereka untuk bisa haji”
(Tafsir at-Thobari 13/698)
Al-Qurthubi berkata :
فَقَوْلُهُ:” تَهْوِي إِلَيْهِمْ” أَيْ تَحِنُّ
إِلَيْهِمْ، وَتَحِنُّ إِلَى زِيَارَةِ الْبَيْتِ
“Firman Allah ((cenderung kepada mereka))
yaitu rindu kepada mereka dan rindu untuk menziarahi ka’bah” (Tafsir
al-Qurthubi 9/373)
Lihatlah sekarang betapa banyak jama’ah haji yang
rindu untuk berhaji, bahkan diantara mereka ada yang harus ngantri puluhan
tahun untuk bisa berhaji.
Kesepuluh :
Allah melarang orang kafir memasuki Kota Makkah
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا
الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ
هَذَا
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati
Masjidilharam sesudah tahun ini.” (QS. At Taubah: 28).
Kesebelas :
Allah memudahkan buah-buahan di Mekah
Allah berfirman
أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَى
إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ
لَا يَعْلَمُونَ
“Bukankah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka
dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu
buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagimu)
dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (QS Al-Qoshos : 57)
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dengan berkata,
وَهَذَا مِنْ لُطْفِهِ تَعَالَى وَكَرَمِهِ
وَرَحْمَتِهِ وَبَرَكَتِهِ: أَنَّهُ لَيْسَ فِي الْبَلَدِ الْحَرَامِ مَكَّةَ
شَجَرَةٌ مُثْمِرَةٌ، وَهِيَ تُجْبَى إِلَيْهَا ثَمَرَاتُ مَا حَوْلَهَا،
اسْتِجَابَةً لِخَلِيلِهِ إِبْرَاهِيمَ، عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
“Ini merupakan kebaikan Allah taála, kedermawanan,
kasih sayang, dan keberkahanNya, yaitu di tanah haram Mekah tidak ada pohon
yang berbuat, namun didatangkan buah-buahan ke kota Mekah dari sekeliling kota
Mekah, sebagai bentuk pengabulan doanya Ibrahim álaihis salam sang kekasih
Allah” (Tafsir Ibnu Katsir 4/441)
Kedua belas :
Dilarang membawa senjata di dalam Kota Mekah
Rasulullah shallallahu álaihi wasallam bersabda:
لَا يَحِلُّ لِأَحَدِكُمْ أَنْ يَحْمِلَ بِمَكَّةَ
السِّلَاحَ
“Tidak halal bagi salah seorang dari kalian untuk
membawa senjata di dalam Kota Mekkah” (HR. Muslim no 1356).
Ketiga belas :
Kota Mekah adalah negeri yang tidak bisa dimasuki Dajjal
Nabi shallallahu álaihi wasallam bersabda :
لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إلاَّ سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ
إلاَّ مَكَّةَ والمَدينة، ولَيْسَ نَقْبٌ مِنْ أنْقَابِهما إلاَّ عَلَيْهِ
المَلائِكَةُ صَافِّينَ تحْرُسُهُما، فَيَنْزِلُ بالسَّبَخَةِ، فَتَرْجُفُ
المدينةُ ثلاثَ رَجَفَاتٍ، يُخْرِجُ اللَّه مِنْهَا كُلَّ كَافِرٍ وَمُنَافِقٍ
“Tiada suatu negeri pun melainkan akan diinjak oleh
Dajjal, kecuali hanya Mekah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorong pun dari
Lorong-lorong Makkah dan Madinah melainkan di sana ada para Malaikat yang
berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal turun di suatu tanah yang
berpasir -di luar Madinah- lalu Kota Madinah bergoncang sebanyak tiga goncangan
dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan setiap orang kafir dan
munafiq. (HR Muslim no 2943)
Keempat belas :
Perbuatan Maksiat di Kota Mekkah dosanya sangat besar daripada di tempat lain,
Allah berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ
اللَّهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ الَّذِي جَعَلْنَاهُ لِلنَّاسِ سَوَاءً
الْعَاكِفُ فِيهِ وَالْبَادِ ۚ وَمَن يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُّذِقْهُ
مِنْ عَذَابٍ أَلِيم
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi
manusia dari jalan Allah dan Masjidilharam yang telah Kami jadikan untuk semua
manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang
bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zhalim, niscaya akan Kami
rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih” (QS Al-Hajj :
25)
Ayat ini, menurut penjelasan Syaikh as Sa’di,
mengandung kewajiban untuk menghormati tanah Haram, keharusan mengagungkannya
dengan pengagungan yang besar, dan menjadi peringatan bagi yang ingin berbuat
maksiat.([2])
Bahkan orang yang baru berniat untuk melakukan
kezoliman di Mekah maka ia sudah diancam dengan adzab yang pedih. Ibnu Masúd
radhiallahu ánhu berkata :
لَوْ أَنَّ رَجُلًا هَمَّ بِخَطِيئَةٍ لَمْ تُكْتَبْ
عَلَيْهِ، مَا لَمْ يَعْمَلْهَا، وَلَوْ أَنَّ رَجُلًا هَمَّ بِقَتْلِ رَجُلٍ
بِمَكَّةَ وَهُوَ بِعَدَنِ أَبْيَنَ، أَوْ بِبَلَدٍ آخَرَ أَذَاقَهُ اللَّهُ مِنْ
عَذَابٍ أَلِيمٍ.
“Jika seseorang berniat melakukan dosa maka tidak
dicatat dosa baginya selama ia tidak melakukannya. Jika seseorang berniat untuk
membunuh seorang lelaki di Mekah sementara ia masih di kota Ádan (di Yaman)
atau di negeri lain maka Allah akan membuatnya merasakan adzab yang pedih”
(Tafsir al-Baghowi 5/377-378)