Setelah thowaf
disunnahkan untuk melakukan sholat sunnah dua rakaát di belakang maqom Ibrahim.
وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ
إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى
Wattakhidzuu min
maqoomi Ibraahiima mushollaa (HR Muslim no
1218)
Artinya : “Dan
jadikanlah maqom Ibrahim tempat sholat” (QS Al-Baqoroh : 125)
Apa itu maqom Ibrahim
Allah menyebutkan
bahwa maqom Ibrahim termasuk dari ayat-ayat Allah.
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ
لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ، فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ
مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ
“Sesungguhnya rumah
yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang
di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim”(QS Ali
Ímron : 96-97)
Ibnu Katsir berkata,
“Tatkala dinding ka’bah mulai meninggi maka Ismaíl álaihis salam membawakan
batu (yaitu maqom Ibrahim) kepada Ibrahim sebagai tempat untuk berdiri di
atasnya, lalu Ismaíl mengoper batu kepada Ibrahim maka Ibrahim pun meletakkan
bata tersebut dengan tangannya ke atas dinding. Jika telah selesai dinding
ka’bah pada satu sisi maka Ibrahim berpindah ke sisi lainnya. Dan beliau
mengitari ka’bah sambil berdiri di atas batu pijakan tersebut. Terus demikian
hingga selesailah beliau dari membangun dinding-dinding ka’bah. Dan bekas kedua
kaki beliau masih nampak di batu pijakan tersebut. Dan ini diketahui oleh
orang-orang Arab di zaman jahiliyah. Karenanya Abu Tholib berkata di syaírnya :
وَمَوْطِئُ إِبْرَاهِيمَ
فِي الصَّخْرِ رَطْبَةٌ … عَلَى قَدَمَيْهِ حَافِيًا غَيْرَ نَاعِلِ
“Pijakan Ibrahim di
batu masih basah….di atas kedua kakinya yang kosong tidak beralas kaki”(Tafsir
Ibnu Katsir 1/293)
Ibnu Katsir juga
berkata, “Dahulunya maqom Ibrahim menempel di dinding ka’bah, dan tempatnya
yang sekarang yaitu di sisi dinding setelah hajar aswad sebelah kanannya -orang
yang mau masuk ke pintu ka’bah-, di lokasi tersendiri. Tatkala Ibrahim ‘alaihis
salam selesai dari membangun ka’bah maka beliau meletakan maqom tersebut di
dinding ka’bah. Atau beliau selesai membangun dinding ka’bah tatkala posisi
maqom di situ.
Karenanya -wallahu
a’lam- diperintahkan untuk sholat di situ tatkala selesai dari thowaf dan pas
jika sholatnya di maqom Ibrahim dimana pembangunan ka’bah berakhir di situ.
Maqom Ibrahim itu dimundurkan posisinya oleh Amirul mukminin Umar bin
al-Khotthob radhiallahu ‘anhu -salah seorang imam yang mendapat petunjuk dan
seorang khulafaa rasyidin yang kita diperintahkan untuk mengikuti mereka. Dan
beliau adalah salah satu dari dua orang yang Rasulullah berkata tentang mereka
berdua, “Teladanilah dua orang setelahku, Abu Bakar dan Umar”. Dan belialah
yang al-Qur’an turun menyepakati belau untuk sholat di maqom Ibrahim, oleh
karenanya tidak ada seorang sahabatpun yang mengingkari beliau tatkala
memundurkan maqom Ibrahim” (Tafsir Ibnu Katsiir 1/294)
Kesalahan-kesalahan
Pertama :
Mengusap-ngusap maqom Ibrahim
Maqom Ibrahim bukan
untuk diusap-usap akan tetapi dijadikan sebagai tempat ibadah sholat di
belakangnya bagi orang yang selesai melaksanakan thowaf.
Umar bin Al-Khotthob
radhiallahu ánhu berkata,
وَافَقْتُ رَبِّي فِي ثَلاَثٍ:
فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَوِ اتَّخَذْنَا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى،
فَنَزَلَتْ: {وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى}….
“Aku menyepakati
Rabbku pada tiga perkara. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita
menjadikan sebagian maqom Ibrahim tempat sholat?. Maka turunlah firman Allah
“Dan jadikanlah sebagian maqom Ibrahim tempat sholat” (QS Al-Baqoroh :
125)….”(HR Al-Bukhari no 402)
Dan inilah yang dipraktikan
oleh Nabi shallallahu álaihi wasallam, setelah thowaf maka beliau sholat di
belakang maqom Ibrahim.
Ibnu Umar berkata
قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «فَطَافَ بِالْبَيْتِ سَبْعًا، وَصَلَّى خَلْفَ المَقَامِ
رَكْعَتَيْنِ، وَطَافَ بَيْنَ الصَّفَا وَالمَرْوَةِ»
“Nabi shallallahu
álaihi wasallam datang lalu beliau thowaf 7 kali, dan sholat 2 rakaah di
belakang maqom Ibrahim, lalu thowaf/bersaí antara as-Shofa dan al-Marwah” (HR
Al-Bukhari no 395)
Qotadah rahimahullah
berkata
إِنَّمَا أُمِرُوا أَنْ
يُصَلُّوا عِنْدَهُ وَلَمْ يُؤْمَرُوا بِمَسْحِهِ، وَلَقَدْ تَكَلَّفَتْ هَذِهِ الْأُمَّةُ
شَيْئًا مِمَّا تَكَلَّفَتْهُ الْأُمَمُ قَبْلَهَا، وَلَقَدْ ذَكَرَ لَنَا بَعْضُ مَنْ
رَأَى عَقِبَهُ وَأَصَابِعَهُ، فَمَا زَالَتْ هَذِهِ الْأُمَمُ يَمْسَحُونَهُ حَتَّى
اخْلَوْلَقَ وَانْمَحَى
“Mereka hanyalah
diperintahkan untuk sholat di sisi maqom Ibrahim dan mereka tidak diperintahkan
untuk mengusapnya. Sungguh umat ini telah berlebihan melakukan sesuatu yang
dilakukan oleh umat-umat sebelumnya. Sebagian orang yang telah melihat bekas
kaki dan jari-jari kaki Ibrahim telah bercerita kepada kami, akan tetapi umat
ini terus mengusapnya hingga akhirnya using dan hilang bekas tersebut” (Tafsir
At-Thobari 2/527)
Kedua : Sebagian
orang meyakini bahwa sholat dua rakaát setelah thowaf harus persis di belakang
mqom Ibrahim. Padahal jika kondisi sangat ramai maka tidak harus sholatnya di
belakang maqom, dimana saja di Masjidil Haram maka sah.
Akibat dari keyakinan
ini sebagian orang nekat sholat persis di belakang maqom Ibrahim padahal
kondisi lokasi thowaf sangat padat. Maka orang ini ingin menjalankan sunnah
akan tetapi melakukan perkara yang haram karena menghalangi orang-orang yang
sedang thowaf.
Ketiga : Sebagian
orang berlama-lama sholat dua rakaát setelah thowaf. Padahal sunnahnya adalah
sholat yang ringan, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu álaihi
wasallam yaitu rakaát pertama membaca surat al-Kafirun dan rakaát kedua membaca
surat al-Ikhlash. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu
álaihi wasallam.
Maka hendaknya
seseorang segera sholat dan memberikan tempat buat jamaáh yang lain yang belum
sholat, karena kondisi yang padat.
Keempat : Sebagian
orang berhenti di maqom Ibrahim lalu berdoa, padahal perkara ini sama sekali
tidak disyariátkan.
Kelima : Sebagian
orang meyakini bahwa setelah sholat dua rakaát dianjurkan untuk berdoa. Padahal
Nabi shallallahu álahi wasallam setelah sholat dua rakaát thowaf beliau
langsung beranjak, tidak menetap dan tidak berdoa. Dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Nabi shallallahu álaihi wasallam. Maka hendaknya seseorang
sholat dengan ringan dan setelah salam langsung beranjak dan memberikan
tempatnya kepada orang yang lain belum sholat thowaf.